105-1: Apakah tidak kamu perhatikan bagaimana Rab (Tuhan) kamu lakukan terhadap tentera gajah?
105-2: Bukankah Dia (Allah) telah jadikan daya usaha mereka itu sia-sia?
105-3: Dan Dia (Allah) mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong.
105-4: Yang melempari mereka dengan batu dari tanah terbakar.
105-5: Lalu Dia (Allah) jadikan mereka seperti daun yang dimakan ulat.
Assalamualaikum wbt, entry kali ni akan mengisahkan cerita pendek dari surah al fil.Surah al fil (gajah) ialah surah Makkiyah.
Ini merupakan salah satu dari nikmat yang dengannya Allah menguji kaum Quraisy, iaitu mereka terhindar dari pasukan bergajah yang bertekad untuk menghancurkan ka'bah serta menghilangkan keberadaannya Maka Allah membinasakan dan menghinakan mereka, menggagalkan usaha mereka, menyesatkan perbuatan mereka, seta mengembalikan mereka kepada kegagalan yang memalukan. Mereka adalah kaum Nasrani. Agama mereka pada saat itu lebih dekat dengan kaum Quraisy, iaitu penyembahan berhala.
Tetapi peristiwa itu termasuk tanda sekaligus pendahuluan bagi pengutusan Rasulullah SAW. Sebab, menurut pendapat paling popular, pada tahun itu, beliau dilahir. Secara tersirat, Allah SWT menunjukkan yang pertolongan ini bukanlah kerana kaum Quraisy itu, akan tetapi ialah untuk memelihara baitul 'atiq yang sentiasa dimuliakan, diagungkan, serta sebagai penghormatan kepada pengutusan seorang rasul yang ummi, Muhammad SAW, penutup para anbiya'.
Berikut merupakan kisah ringkas dan singkat pasukan bergajah. Telah disampaikan kisah mengenai Ashhabul ukhdud, bahawa Dzu Nawas, merupakaan raja terakhir kerajaan Himyar,dia seorang musyrik. Dialah yang membunuh Ashhabul Ukhdud. Ashhabul Ukhdud ialah orang nasrani yang jumlahnya mendekati 20 000. Tiada yang selamat kecuali Dawus Dzu Tsa'alaban. Kemudian Dawus pergi dan meminta bantuan raja Kaisar, raja Syam, yang juga penganut agama nasrani. Kemudian dia menulis surat kepada raja Najasyi, raja Habsyah, kerana keberadaannya yang lebih dekat dengan mereka. Dia mengutuskan Dawus yang didampingi oelh dua orang amir; Aryath dan Abrahah bin ash - Shabah Abu Yaksum disertai satu pasukan besar. Kemudian mereka masuk ke Yaman dan menyelinap ke rumah - rumah, hingga akhirnya mereka berhasil merebut kerajaan dari Himyar, Dzu Nuwas akhirnya akhirnya binasa, tenggelam di laut. Habsyah berhasil menakluk Yaman dan mereka dipimpin oleh dua orang pemimpin; Aryath dan Abrahah. Kemudian kedua pemimpin ini berselisih pendapat dalam satu urusan sehingga keduanya beradu mulut dan berperang. Lalu salah satu dari keduanya berkata kepada yang lainnya "sesungguhnya kita tidak perlu mengerahkan pasukan di antara kita, tetapi mari kita berhadapan satu lawan sati. Siapa di antara kita yang berhasil membunuh lawan, maka dialah yang berhak menduduki posisi raja" Kemudian tantangan ini pun disambut oelh yang lainnya, sehingga keduanya bertarung. Masing - masing dari keduanya meninggalkan parit, lalu Aryath menyerang Abrahah, kemudian menebasnya dengan pedang sehingga hidungnya terpotong, mulutnya dirobek dan wajahnya terkoyak. Kemudian 'Utadah, pembantu Abrahah ikut menyerang Aryath, lalu membunuhnya. Kemudian Abrahah pulang dalam keadaan terluka. Lalu dia mengubati lukanya sehingga akhirnya dia pun sembuh dan kemudian melatih bala tentera Habsyah di Yaman. Selanjutnya, Najasyi menulis surat kepadanya yang mencela apa yang dilakukannya seraya mengancam dan bersumpah akan menduduki negaranya dan menelungkupkan ubun - ubunnya. kemudian Abrahah mengirimkan utusan kepada raja Najasyi untuk menyampaikan rasa dukanya kepada raja. Bersama utusan tersebut, Abrahah mengirimkan hadiah dan sekantong tanah Yaman. Semuanya itu dikirimkan bersamanya dan dia mengatakan dalam suratnya supaya raja menginjak kantong ini sehingga dia terbebas dari sumpahnya dan inilah ubun - ubunku telah aku kirimkan bersamanya kepadamu. Ketika semua itu sampai kepadanya, dia sangat hairan dan merasa puas dengannya serta mengakui keberadaannya. Kemudian Abrahah mengirimkan utusan untuk mengatakan kepada Najasyi, "Aku akan bangunkan untukmu sebuah gereja di negeri Yaman yang belum pernah dibuat bangunan sepertinya." lalu dia memulai pembangunan gereja yang sangat besar di Shan'a, sebuah bangunan yang sangat tinggi serta pelataran yang tinggi pula, yang dihiasi di semua sisinya. Bangsa arab menyebutnya dengan al - qalis, kerana bangunannya yang tinggi. Orang yang melihatnya akan mengangkat kepala sehingga qalansuwah yang dikenakannya hampir terjatuh dari kepalanya kerana tingginya bangunan. Dan Abrahah bertekad untuk memindahkan haji bangsa arab ke gereja tersebut sebagaimana mereka selama ini berhaji ke ka'bah di Makkah. Dan dia serukan hal tersebut di wilayah kekuasaannya, sehingga mengundang kebencian warga arab 'Adnan dan Qahthan. Kaum Quraisy yang benar - benar murka kerananya, sehingga sebahagian dari mereka ada yang mendatangi gereja itu dan memasukinya pada malam hari serta menghancurkan isi di dalamnya, kemudian dia kembali pulang. Ketika penjaga mengetahui hal tersebut, mereka melaporkan kepada raja mereka, Abrahah, dan berkata kepadanya, " Yang demikian itu dilakukan oleh beberapa orang Quraisy yang marah kerana rumah mereka ( Baitullah) diserupaka dengan ini." Selanjutnya, Abrahah bersumpah akan menuju Baitullah di Makkah dan akan menghancurkannya berkeping - keping.
Muqatilbin Sulaiman menyebutkan bahawasanya ada kelompok orang dari kaum Quraisy yang memasuki gereja itu dan membakarnya. Pada hari itu panas benar - benar terik sehingga gereja itu terbakar, runtuh dan rata dengan tanah. Kemudian Abrahah menyiapkan diri dan pergi dengan membawa pasukan yang cukup banyak dan kuat agar tidak ada seorang pun yang mampu melawannya, yang disertai seekor gajah yang sangat besar, belum ada seekor gajah pun sebelumnya yang terlihat sepertinya yang diberi nama Mahmud. Dan najasyi, raja Habsyah mengirimkan pasukan untuk hal yang sama, Ada juga pendapat yang menyebutkan, bersama Abrahah terdapat delapan gajah, ada juga menyatakan dua belas gajah lainnya. - Wallahu a'lam- yang akan digunakan untuk menghancurkan ka'bah dengan meletakkan rantai pada pilar - pilarnya sedang yang hujung lainnya diikat pada leher gajah, kemudian gajah itu digerakkan agar menjatuhkan tembok itu sekaligus.
Ketika warga arab mendengar kedatangannya, mereka pun berpendapat yang (pendapat itu) mewajibkan mereka untuk mempertahankan Baitullah serta melawan setiap orang yang hendak menghancurkannya dengan menggunakan taktik tipu daya. Kemudian salah seorang yang paling terhormat dari penduduk Yaman sekaligus sebagai raja mereka yang bernama Dzu Nafar mengajak kaumnya dan orang arab yang berminat untuk memerangi Abrahah dalam rangka mempertahankan Baitullah dan semua tempat yang hendak dihancurkan olehnya. Maka mereka menyambut seruan tersebut dan siap memerangi Abrahah, tetapi Abrahah berhasil mengalahkan mereka, sesuai dengan kehendak Allah A'zzawajalla untuk memelihara kemulian dan keagungan Baitullah. Dan Dzu Nafar pun ditawan. lalu Abrahah memintanya untuk menemaninya. kemudian dia melakukan perjalanan sehingga ketika sampai di daerah Khats'am, dia dihadang oleh Nufail bin Habin ak - Khats'ami bersama kaumnya selama dua bulan terus menerus. Lalu mereka melakukan penyerangan terhadap Abrahah, tetapi mereka pun berhasil dikalahkan oleh Abrahahm dia berhasil menawan Nufail bin Habib dan bermaksud hendak membunuhnya, lalu dia mengampuninya dan meminta agar dia (Nufail) menyertainya bagi menjadi petunjuk bagi Abrahah di negeri Hijaz. Ketika mendekati daerah Tha-if, penduduknya keluar dari rumah mereka dalam keadaan sopan kepadanya kerana takut akan rumah mereka yang ada di tengah - tengah mereka yang mereka beri nama al - Lata. Lalu mereka menghormatinya dan mengirimkan Abu Raghal bersamanya sebagai penunjuk arah. Setelah Abrahah sampai di kota al - Mughammas, iaitu sebuah tempat yang berdekatan dengan kota Makkah, maka dia pun singgah, lalu bala tentera Abrahah merampas harta kekayaan penduduk Makkah yang terdiri dari unta - unta dan lain bagainya. Mereka mengambil begitu sahaja. Di antara yang dirampasnya itu terdapat 200 ekor unta milik 'Abdul Muththalib. Dan yang melakukan perampasan atas perintah Abrahah adalah panglima perang yang bernama Aswad Ibnu Maqshud. Dan dia diserang beberapa warga arab, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Dan Abrahah mengirim Hanathah al - Himsyari ke Makkah dan memerintahkan supaya memanggil pemuka kaum Quraisy serta memberitahukan kepadanya bahawa raja Abrahah tidak datang untuk memerangi kalian kecuali kalian menghalanginya untuk meneyerang Baitullah. Kemudian Hanathah al - Himsyari datang menghampiri 'Abdul Muththalib bin Hisyam lalu 'Abdul Muththalib menatakan kepadanya, "Demi Allah, kami tidak hendak memeranginya dan kami tidak mempunyai kekuatan untuk itu. Ini adalah Baitullah yang suci dan rumah kekasihNya, Ibrahim. Kalau memang dia dilarang mendatanginya, maka yang demikian itu kerana ia merupakan rumah sekaligus temapat suciNya. Demi Allah kami tidak mampu menglarangnya." Kemudian Hanathah berkata kepadanya, "Kalau begitu, datanglah bersamaku untuk menghadapnya (Abrahah)." Kemudian 'Abdul Muththalib pun pergi bersamanya. Ketika melihatnya, Abrahah menyambutnya. 'Abdul Muththalib adalah seorang yang berbadan tegap lagi tampan. Lalu Abrahah turun dari singgahsananya dan duduk dilantai bersamanya. Abrahah bertanaya melalui penterjemahnya, "katakan apa maksud kedatangannya?" 'Abdul Muththalib berkata kepada penterjemahnya itu, "aku hanya ingin agar raja mengembalikan 200 ekor unta milikku." Maka Abrahah pun berkata kepada penterjemahnya, "katakakn kepadanya, "kamu benar - benar membuatkan ku terheran - heran saat aku melihatmu, tetapi kemudian aku menjadi berang terhadapmu saat kamu berbicara menuntut 200 ekor unta milikmu yang hilang, tetapi kamu biarkan rumah yang menjadi agamamu dan agama nenek moyangmu. Sesunggguhnya aku datang untuk menghancurkannya, sedang engkau tidak menyinggungnya sama sekali dalam perbicaraan denganku.'" kemudian 'Abdul Muththalib berkata kepadanya, "sesungguhnya aku adalah pemilik unta - unta itu, sedangkan rumah Ka'bah itu mempunya pemilik sendiri yang akan selalu mempertahankannya." Abrahah berkata, "dia tidak akan sanggup menghalangiku.""kamu tidak akan mampu melawanNya." sahut 'Abdul Muththalib.
Ada yang mengatakan bahawa Abrahah pergi dengan 'Abdul Muththalib bersama sejumlah pemuka arab. Kemudian menawarkan sepertiga kekayaan kepada Abrahah sebagai ganti supaya membatalkan niatnya menghancurkan Ka'bah. Namun dia menolak tawaran mereka itu dan mengembalikan unta - unta 'Abdul Muththalib. Kemudian 'Abdul Muththalib kembali kepada kaum Quraisy, lalu dia memerintahkan mereka supaya keluar dari Makkah dan berlindung di puncak - puncak gunung, kerana khuatir mereka akan merasakan amukan bala tentera Abrahah. Selanjutnya 'Abdul Muththalib berdiri, lalu memegang daun pintu Ka'bah. Dan ikut serta berdiri bersamanya beberapa orang Quraisy seraya berdoa kepada Allah serta meminta pertolonganNya supaya membinasakan Abrahah dan bala tenteranya. Kemudian dengan memegang pintu Ka'bah, 'Abdul Muththalib mengumandangkan sya'ir:
Tidak ada kebimbangan, sesungguhnya seseorang telah
mempertahakan rumahnyam kerananya pertahankanlah rumahMu.
Kekuatan dan tipu daya mereka tidak akan pernah dapat
mengalahkan tipu dayaMu untuk selamanya.
Ibnu Ishaq mengatakan selanjutnya 'Abdul Muththalib melepaskan gagang pintu dan selanjutnya mereka pergi menuju puncak gunung. Muqatil bin Sulaiman menyebutkan mereka meninggalkan 100 ekor anak unta di Baitullah dengan diberi kalung, kemungkinan sebahagian bala tentera ada yang mengambil sebahagian darinya dengan cara yang tidak benar, sehingga Allah akan menuntut balas mereka.
Pada pagi harinya, Abrahah bersiap - siap untuk memasuki Makkah dan dia pun telah menyiapkan gajahnya yang bernama Mahmud. Selain itu juga, dia pun telah menyiagakan pasukannya. Setelah mereka mengarahkan gajah mereka menuju Makkah, Nufail bin habib datang sehingga akhirnya berdiri di samping gajah itu, lalu memegang kupingnya dan berkata, "duduklah, hai Mahmud, dan kembalilah ke tempat asalmu, kerana sesungguhnya kamu sekarang ini tengah berada di negeri Allah yang suci. "kemudian Nufail melepaskan kupingnya dan gajah itu duduk berderum. Selanjutnya, Nufail bin Habib keluar dan pergi hingga akhirnya mendaki gunung. Sementara, mereka memukul - mukul gajah agar berdiri, tetapi gajah itu enggan berdiri. Kemudian mereka memukul kepala gajah itu dengan kapak dan mereka memasukkan tongkat merkea yang berujung lengkung ke belalainya lalu mereka menariknya supaya ia berdiri, tetapi gajah itu menolak. Lalu mereka mengarahkannya kembali ke Yaman, maka gajah itu berdiri dan berjalan dengan cepat. Mereka juga mengarahkannya ke Syam, maka ia melakukan hal yang sama, lalu mereka mengarahnya ke timur, maka ia melakukan hal yang sama, yakni berjalan cepat. Kemudian mereka mengarahkannya ke Makkah,maka gajah itu pun duduk menderum.
Selanjutnya, Allah mengirimkan kepada mereka burung dari lautan semacam burung alap alap (Falcone), masing - masing membawa tiga batu: satu batu di paruhnya dan dua lainnya di kedua kakinya, batu itu sebesar biji kedelai dan biji adas, yang tidak seorang pun dari merekayang terkena batu tersebut melainkan akan binasa. Tidak semua dari mereka terkena batu itu, mareka pergi dan lari terbirit - birit menempuh jalan mencari Nufail agar dia mahu menunjukkan jalan kepada mereka. Demikianlah yang mereka alami di daratan sedang Nufail berada di puncak gunung bersama kaum Quraisy dan warga arab Hijaz menyaksikan siksaan yang ditimpakan Allah kepada pasukan bergajah tersebut. Nufail berkata:
Di manakah tempat berlindung jika Allah sudah mengejar,
dan Asyramlah yang terkalahkan dan bukan yang menang.
Ibnu Hisyam mengatakan: "Al - ababil bererti kawanan, dan masyarakattidak menggunakan kata itu dalam bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan as - sijjil , Yunus an - Nahwi dan Abu 'Ubaidah memberitahuku bahawa menurut masyarakat arab, kata itu bererti sangat keras." Dia mengatakan "beberapa orang ahli tafsir menyebutkan bahawa keduanya berasal dari bahasa parsi yang masyarakat arab dijadikan sebagai stu kata, di mana kata as - sanaj bererti batu, sedangkan al - jill bererti tanah liat." Lebih lanjut, dia mengatakan: "dan batu itu berasal dari kedua jenis tersebut, iaitu batu dan tanah liat." Dia juga mengatakan: "kata al - 'ashf bererti daun tanaman yang belum dipotong. Bentuk mufradnya adalah 'ashfah. Sampai di sini apa yang diucapkannya.
Hammad bin Salamah meriwayatkan dari 'Amir, dari Zurr, dari 'Abdullah dan Abu Salamah bin 'Abdirrahman, ( طَيْرًا أَبَابِيلَ ), dia mengatakan: "iaitu beberapa kawanan burung." Ibnu 'Abbas dan adh-Dhahhak mengatakan: " Ababil bereti sebahagian yang mengikuti sebahagian lainnya." Al - hasan al-Bashri dan Qatadah mengemukakan: "Ababil bererti yang sangat banyak." Mujahid mengatakan: " Ababil bererti sekumpulan yang saling mengikuti dan berkumpul." Sedangkan Ibnu Zaid mengatakan: "Al-ababil bererti yang berbeda - beda, yang datang dari semua penjuru."
Firman Allah Ta'ala: (فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ ) "lalu dia menjadikan mereka seperti dedaun yang dimakan." Sa'id bin Jubair mengatakan: "yakni ,jerami yang kaum awam menyebutkannya dengan babur." Dan dalam sebuah riwayat dari Sa'id, iaitu daun gandum. Dan dari Ibnu'Abbas, Al-'asfu bererti kulit yang ada di atas biji, semacam penutup kepada biji gandum. Ibnu Zaid mengatakan:"Al - 'asfu bererti daun tanaman atau daun kol jika dimakan oleh binatang, lalu dikotori sehingga menjadi kotoran." Ertinya bahawa Allah Tabaaraka wa Ta'ala membinasakan, melenyapkan dan mengembalikan mereka dengan tipu muslihat dan kemarahan mereka. Dan mereka tidak mendapat kebaikan sama sekali. Mereka dibinasakan secara keseluruhan dan tidak ada seorang pun dari mereka yang kembali memberitahu melainkan dalam keadaan terluka sebagaimana yang dialami oleh raja mereka, Abrahah. Diantara yang menggambarkan hal tersebut adalah sya'ir 'Abdullah bin az - Zab'ari berikut ini:
Mereka mundur (menyinkir) dari tengah kota Makkah, sesungguhnya kota Makkah itu kesuciannya tidak dapat diusik,
pada malam - malam yang dijaga tersebut bintang asy-syi'ra tidak pernah muncul kerana tidak ada seorang manusia pun yang mampu menjamahnya.
Tanyakan kepada komandan pasukan tentangnya,apa yang dia lihat, maka orang yang mengetahuinya akan memberitahukannyakepada orang - orang yang tidak mengetahuinya.
Enam puluh ribu parajurit tidak kembali ke negerinya, bahkan parajurit yang kembali dalam keadaan sakit akhirnya meninggal dunia.
Dahulu pernah datang ke sana kaum 'Aad dan Jurhum sebelum mereka, namun Allah dari atas hamba - hambanya selalu menegakkannya (menjaganya).
Dalam satu kisah lain, bahawasanya Rasulullah SAW, ketika beliau menuruni lembah saat peristiwa Hudaibiyah, tiba - tiba unta beliau menderum. Kemudian mereka menghardiknya, tetapi unta itu tetap duduk menderum. Kemudian mereka berkata:"al - Qushwa' duduk menderum." Maka Rasulullah SAW bersabda:
"Al-Qushwa' tidak menderum dan itu bukan sifatnya. Tetapi ia telah dihalangi oleh apa yang dihalangi gajah." - Kemudian beliau bersabda - "Demi Rabb yang jiwaku berada di tanganNya, pada hari ini tidaklah mereka menuntut dariku, yang padanya mereka mengagungkan apa - apa yang di sisi Allah melainkan aku yang mengabulkannya."
Kemudian beliau menghardik unta tersebut,maka unta itu pun akhirnya mahu berdiri. Hadits tersebut termasuk dalam hadits yang hanya diriwayatkan oleh al - Bukhari. Dan dalam kitab ash - shahihain disebutkan bahawa Rasulullah SAW bersabda pada hari Fathu Makkah:
"Sesungguhnya Allah menahan pasukan gajah memasuki kota Makkah. Dan Dia menguasakan kota Makkah pada RasulNya dan orang - orang yang beriman. Dan sesungguhnya kehormatan kota Makkah pada hari ini telah kembali seperti kehormatan kemarin. Ingatlah, hendaklah orang yang hadir memberitahu orang yang tidak hadir."
Wallahu'alam.
Rujukan: Tafsir Ibnu Katsir (jilid 6,surah Al- Fil)